Langsung ke konten utama

(S.M.A.R.T) Goal

Siang tadi, menjelang sore. Aku mengakui pada diri sendiri bahwa aku sedih dan aku merasa sendiri. Ada tulisan yang lewat saat aku scroll instagram yang berbunyi lebih kurang seperti ini "Rumah tidak lagi rumah ketika kamu memutuskan untuk melangkah pergi merantau apakah itu untuk belajar, bekerja dan petualangan lainnya. Ketika kembali rasanya tidak sama lagi." Benar,memang benar itu yang aku rasa dan entah mengapa tulisan ini relate dengan apa yang ku rasakan saat ini.

Sebelum aku melanjutkan cerita, hari ini atau semalam sepertinya aurora terlihat di langit London dan Melbourne. Hal yang jarang terjadi, biasanya hanya satu kali dalam 19 atau 20 tahun. Bagaimana cara aku mengetahuinya? Karena kenalanku yang sedang tinggal di Inggris dan Australia mengunggahnya di story dan feed social media mereka. Sangat indah warna pink, ungu, gelap, menyatu. Sekali lagi benar-benar indah. Aku sedikit cemburu tapi juga ikut bahagia. Rasa cemburuku memudar terkalahkan oleh mempesonanya penampakan aurora di langit belahan bumi utara dan selatan. Terimakasih untuk mereka yang telah mengunggahnya.


https://www.nytimes.com/2024/05/10/world/europe/aurora-northern-lights-solar-storm-photos.html

Mari kita lanjutkan cerita sebelumnya. Karena tidak tahan dengan isi kepalaku yang berisik, sekali lagi aku memutuskan untuk berkunjung ke Masjid Jabal Arafah Batam. Sebelumnya aku mampir dulu ke Hymermart Nagoya. Membeli bebera buah. Tubuhku benar-benar membutuhkan asupan vitamin.

Sehabis berbelanja aku lansung berjalan melalui pintu barat Nagoya Hills berbelok  kekiri menuju Masjid Jabal Arafah yang jaraknya memang sedekat itu, cukup berjalan tak kurang dari lima menit aku sudah bisa melihat pohon rindang sepanjang jalan menuju masjid.

Aku merasa Masjid ini adalah tempat ternyamanku di Batam. Tempatku mengadu, bertemu dengan Tuhanku di salah satu rumahnya. Cuaca sore ini cerah, langit biru, cahaya emas sore menembus celah dedaunan di taman masjid.

Aku memang menahan rasa hausku saat singgah ke hymermart tadi, karena aku berniat untuk membeli segelas teh tarik yang di jual dekat masjid. Teh Tarik Sultan, hastag teh tarik nomor 1 di Batam dengan ciri khas rasa kayu manis pada racikan tehnya. Rasa manis yang tidak berlebihan dan pas. Sepertinya aku setuju kalau ini adalah teh tarik yang terenak sejauh ini.

Setelah mengambil pesananku, aku segera berjalan menuju kursi yang ada di taman sekitar masjid. Taman masjid Arafah memang tidak begitu besar, tetapi taman ini cukup untuk pengunjung duduk-duduk menikmati sore menjelang masjid. Aku sepakat kalau masjid ini menjadi salah satu tempat healing masyarakat muslim di Batam terutama mereka yang tinggal di Lubuk Baja dan sekitarnya.

Aku duduk, menikmati sore sambil membaca novel yang ku beli bulan lalu. Aku baru sempat membacanya. Maksudnya aku baru saja punya mood untuk membacanya 3 hari yang lalu. Aku melihat pola yang ada pada diriku. Aku akan membaca ketika sudah bosan menonton series di NETFLIX, aku membaca ketika aku sudah jenuh scroll social media. Aku butuh sesuatu yang lain, akhirnya aku mulai mengambil buku yang tersusun tegak diantara buku lainnya di atas mejaku.

Kenapa aku baru membacanya sekarang? Sepuluh halaman pertamanya cukup menarik.Aku lumayan suka dan tertarik untuk melanjutkannya. Aku merasa punya chemistry dengan buku ini, setelah aku lihat cover belakang dan membaca halaman terkahir profil penulisnya, aku mendapati ternyata penulisnya adalah seorang ARMY BTS dan seorang penggemar Ghibli Studio. Kita punya kesamaan! Penulis ini pun dengan jelas memasukkan beberapa baris yang menyinggung Ghibli studio pada jalan ceritanya.

Membaca novel ini, seperti kita dibawa ke kondisi konflik yang ada di Suriah. Membaca novel ini  yang ditambah dengan kondisi Rafah - Palestina terkini  membuat kita umat muslim semakin sedih dan memperbanyak doa untuk saudara kita di belahan bumi sana, agar mereka diberikan kekuatan dan semoga merega segera diberi kemenangan dan keselamatan. Aku tahu, aku belum selesai membacanya. Namun sejauh ini, saat membaca lembar demi lembar novel ini, aku merasa harus bersyukur dengan kehidupan yang aku punya saat ini. Aku punya air bersih yang mengalir dari keran, aku bisa melihat langit biru, aku bisa membca dengan nyaman di bawah langit biru dan berteduh di bawah pohon rindang. Aku mendapatkan hakku sebagai warna negara berupa rasa aman. Aku benar-benar harus bersyukur. Keseharian yang biasa yang terlihat normal yang aku jalani saat ini adalah impian bagi mereka yang berada di zona konflik. 

Matahari sore semakin redup, aku tahu bahwa ini adalah pertanda kita akan segera memasuki waktu magrib. Sekitar 30 menit menjelang magrib, aku beranjak dari tempat dudukku di taman dan melangkah menuju area berwudhu. Selesai berwudu aku berjalan menapaki tangga menuju lantai dua masjid , tempat untuk shalat berjamaah.Karena waktu masih pukul stengah 6, masjid tidak begitu ramai. Hanya ada bebera orang duduk di karpet, ada yang berzikir, ada yang duduk melingkar mengaji bersama murabbinya. Melihat pemandangan ini mengingatkanku pada Masjid Al-Azhar di kampusku dulu saat aku berkuliah di Padang.

Aku berniat membaca Al-Qur'an menjelang magrib. Aku berniat meminjam Qur'an yang ada di masjid. Tidak ada rak quran di saf wanita, tapi aku melihat ada quran dengan cover coklat dan emas di atas sebuah kursi di pojok ruangan saf wanita. Karena masjid masih sepi, aku rasa tidak ada salahnya mengambil dan membca quran itu. 

Aku membaca surat Yaasin dan terjemahannya sampai azan magrib menjelang. Aku merasa jauh lebih tenang daripada sebelumnya. Saat aku mengaji secara spontan aku akan teringat dengan ibuku. Aku berjalan masuk ke dalam lorong kenangan antara aku dan ibuku. Aku ingat saat subuh, ibuku dengan semangat mengantarku untuk didikan subuh. Ibu membangunkanku ketika orang di masjid masih mengaji, sekitar 15 menit menjelang azan, ibuku membuatkanku teh manis hangat, lalu kita berjalan bersama menuju masjid untuk shalat subuh berjamaah. Ibuku adalah orang yang introvert pikirku dan ditambah lagi karena kondisinya yang sakit, bisa dibilang aku jarang sekali melihat ibuku shalat ke masjid ataupun di mushala untuk berjamaah. Ibuku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan shalat di rumah saja.Tapi tidak dengan shalat subuh yang satu ini, shalat subuh di hari Minggu pagi yang dilanjutkan dengan kegiatan didikan subuh sewaktu aku mengaji di MDA.Itu adalah momen aku melaksanakan shalat berjamaah bersama ibuku di Masjid.  Nanti, kalau aku ke baitullah, aku akan melaksanakan umroh dua kali, satu untuk diriku dan satunya lagi untuk ibuku. Air mataku tumpah ketika menulis ini

Apakah ini sebuah kebiasaan atau sebuah kejadian yang sudah tersetting secara otomatis? Setiap kali aku sendirian, setiap kali aku sedih aku akan ingat dengan ibuku.Selain itu karena aku membaca surat Yaasin, aku seperti diingatkan dengan kehidupan setelah ini yang pasti akan kujalani. Aku kembali ingat, harusnya aku kembali fokus melaksanakan proyek kematian husnul khatimah. Ini akan menjadi project besar yang dilaksanakan seumur hidup.

Aku terfikir untuk menulisnya dalam S.M.A.R.T goal template.

S- Specific : Aku ingin meninggal husnul khatimah dalam keadaan beriman, di masjid saat sedang membaca Al-Quran

M-Measurable : Aku harus selalu berusaha memprioritaskan waktu ku untuk membaca quran. Kegiatan lainn bisa diundur tidak dengan membaca quran,Aku harus memasukkannya pada to do list ku. dengan porsi membaca 1 halaman sehari, 2 halaman, 3 halaman? Padahal aku dulu bisa membaca 1 juz sehari. Kenapa aku sekarang begitu sibuk dengan dunia? Kecanggihan internet dan segala hiburannya telah memperdayaku. Aku tahu dan aku sadar akan hal itu. Ayo kita coba dalam 1 bulan ini.

A- Achievable : Sepertinya aku bisa melakukannya dengan pertolongan Allah, aku harus disiplin dengan diriku.

R-Relevant:  hal ini sangat penting bagiku. Hal ini jadi penentu apa yang terjadi dengan kehidupanku setelah ini. Mati dengan keadaan baik sebuah pertanda baik bahwa kehidupanku di alam barzah dan akhirat juga baik.

T : sampai nafas terakhirku.

Sudah larut, insya Allah aku akan melanjutkan ceritaku esok hari.

Terimakasih sudah membaca penggalan ceritaku malam ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Grow with You

Hari ini aku mau menulis catatan refleksi terkait hal-hal yang aku rasa work well ketika belajar bersama murid-muridku. Saat pelajaran Bahasa Inggris kemarin, kita memperdalam skill reading dengan mempelajari sequence of events. Untuk anak-anak, terkadang membaca adalah hal yang membosankan bagi mereka jika dibandingkan dengan menonton video game atau bermain game itu sendiri. Apa yang harus ku lakukan agar kegiatan membaca lebih menyenangkan? Haruskah aku mengarahkan anak-anak untuk membaca nyaring dan menyimak bacaan?  Ya! Hal ini cukup efektif dengan syarat, aku sebagai guru benar benar harus mengingatkan mereka untuk being respectful ketika teman yang lain membaca. Sejenak mereka menyimak, lalu beberapa menit kemudia konsentrasi mereka buyar, lalu guru akan mengingatkan mereka lagi. Begitulah hal yang terjadi sampai paragraf akhir. Aku ingin cara yang berbeda kali ini. Aku membagi anak-anak dalam 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 orang. Mereka melakukan membaca nyari...

Ringkasan Buku Educated

Aku setuju bahwa memoar yang ditulis Tara benar-benar kisah yang menginspirasi, menyentuh hati dan bagaimana bukti kekuatan pendidikan mengubah kehidupan. Harga yang dibayar Tara untuk sebuah perubahan besar dalam hidupnya adalah kehilangan keluarganya (Ayah, Ibu dan empat saudaranya). Sebuah jurang pemisah telah muncul diantara mereka dan tumbuh melebar seiring bertambahnya pengetahuan Tara dan tiga saudara lainnya yang juga memutuskan untuk memperoleh pendidikan formal sampai jenjang paling tinggi dengan gelar doktor. Ayah dan Ibu Tara, benar-benar tidak bisa menerima perubahan Tara, mereka tidak mau bertemu dengan Tara, menganggap Tara adalah anak yang kerasukan seta. Mereka benar-benar fanatik terhadap kepercayaan mereka yang aku pun tidak bisa percaya dengan pola pikir mereka. Tara menghadapi masa masa sulit sejak masa kanak-kanaknya. Hidup, tumbuh besar di ladang barang rongsokan, membantu ayahnya mengoperasikan alat berat, dan pekerjaan berat lainnya yang hampir membuat dia kehi...

Singapore Trip 2024 - Perjalanan Pulang

 Aku sudah lama berniat untuk berkunjung ke singapur. Salah satu cita citaku dulu mengunjungi 10 negara Asean dan keliling dunia. Tampaknya ini masih menjadi cita-citaku. Awal tahun ini, Allah berikan kesempatan untuk berpergian. Setelah dipikir lagi travelling itu titik temu antara niat, badan yang sehat, waktu, dan kondisi finansial, dan kawan perjalanan. Karena sampai saat ini, aku masih belum berani utk solo travelling. Mengingat skill aku yang masih sering nyasar, panikan dan masih ada malu malu untuk bertanya. Aku bergantung banyak hal pada travel mateku. Semoga ada juga ya kontribusiku selama travelling bareng sahabatku. Sungguh aku tidak mau menjadi beban ketika kita melakukan perjalanan berdua dengan sahabatku. Allah maha baik, menganmgerahkan sahabag yang melengkapi segala kurangku. Segala puji milik Allah, Alhamdulillah. Keinginan untuk melihat indahnya dunia selalu aku sampaikan pada ayahku. He is my number one support system. Selalu memberikan doa restu dan dukungan pe...