Kamis, 22 September 2016. Kunjungan pertama yaitu National Museum Of China. Mengetahui dan mempelajari sejarah China dan penyebaran jalur sutra.
Tiongkok merupakan negara yang menghormati sejarah mereka sendiri. Museum yang luas serta dilengkapi dengan teknologi yang canggih menampilkan dokumentasi setiap peristiwa dengan detail dan sistematis sehingga membuat saya merasakan bagaimana perkembangan negeri Tiongkok mulai dari zaman purba hingga zaman sekrang ini. Menjadi pelajaran bagi saya untuk menjadi bangsa yang besar saya setuju bahwa kita sebagai harus menghormati dan mengetahui sejarah bangsa kita semanis atau sepahit apapun itu, karena kelak akan menjadi pelajaran bagi anak cucu kita kelak, jikalau itu adalah sejarah yang pahit semoga tidak terulang kembali dan mampu menemukan cara untuk megatasinya. Tidak hanya sejarah perkembangan negara Tiongkok dalam museum ini benda-benda sejarah seperti guci, patung, buku, lukisan terjaga dengan baik.
Kunjungan kedua yaitu China Youth Center For International Exchange dan pidato bertopik Gagasan Strategi “Dari Satu Sabuk Satu Jalur Sampai Poros Maritim Dunia” dan “ Peluang dan Tantangan Dalam Komunikasi dan Kerjasama Tiongkok – Indonesia, Dengan Mempertimbangkan Strategi Poros Maritim Dunia Indonesia”. Jamuan makan malam bersama Wakil Sekjen ACYF, Dong Xia. Diisi dengan Tim Medley Nusantara di Restaurant Mingyuan, The 21 Century Hotel.
Ceramah khusus bertopik Gagasan Strategi “Dari Satu Sabuk Satu Jalur Sampai Poros Maritim Dunia” dan “ Peluang dan Tantangan Dalam Komunikasi dan Kerjasama Tiongkok – Indonesia memberikan pemahaman pada saya bahwa penting dan strategisnya posisi Indonesia. Oleh karena itu Indonesia perlu mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, infrastruktur dan perekonomian yang juga stabil agar gagasan ini dapat berjalan dengan lancar. Indonesia harus kritis terhadap gagasan dari Tiongkok, tidak boleh ada keuntungan sepihak yang merugikan negara lain, karena hubungan bilateral sejatinya memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Saya pribadi juga harus meningkatkan kemampuan saya tidak boleh berpuas diri dengan ilmu yang telah diperoleh.
Jum’at, 23 September 2016. Hari ini kami diberi kesempatan untuk mengunjungi Great Wall Juyongguan. Saya memperoleh pengetahuan bahwa pada masa kekaisaran Tiongkok kuno, tujuan dari didirikannya Great Wall adalah untuk membentengi kekaisaran Tiongkok kuno dari serangan bangsa Mongolia dari arah utara. Disamping itu, tujuan lainnya adalah untuk mengamankan Jalur Sutera, yaitu jalur bisnis utama pada masa itu. Pada jaman kuno, Tembok Besar yang bentuknya berliku-liku serta memanjang menyusuri puncak pegunungan adalah hampir mustahil untuk ditaklukkan oleh musuh, karena gunung dan lereng yang menjadi dasar tembok adalah terlalu terjal untuk dapat didaki oleh musuh, sehingga tembok ini adalah merupakan sebuah kubu pertahanan yang sangat bagus pada masa itu.
Pesan moral yang saya peroleh ketika berjalan menaiki tangga di gretwall adalah untuk mencapai posisi puncak diperlukan kerjakeras, tekad yang kuat, serta selalu bersyukur dan menikmati setiap proses yang dilalui. Posisi puncak yang kita peroleh juga tercapai karena adanya banyak dukungan dari pihak lain salah satunya adalah sahabat yang selalu menyemangati, bergandengan tangan, menguatkan langkah untuk sampai di puncak.
Kegiatan selanjutnya adalah eksperiensi Budaya tradisional Tiongkok. Seluruh delegasi diberi kesempatan untuk memasak makanan traditional tiongkok yaitu dampling yang dibimbing oleh seorang chef. Delegasi selanjutnya juga diajarkan melukis dan menulis aksara tiongkok.
Masyarakat Tiongkok sangat bangga dengan kebudayaan mereka. Saya senang sekali diberi kesempatan bagaimana cara menulis aksara Tiongkok, Belajar melukis, dan memasak masakan traditional Tiongkok yaitu dampling.Masyarakat Tiongkok menjaga kelestarian budaya dengan cara mengajarkanya secara turun temurun kepada anak cucunya. Dampling adalah salah satu cemilan yang di buat di rumah pada saat menyambut tahun baru di Tiongkok. Kebiasaan membuat kue rumahan bersama keluarga ini patut dicontoh oleh Keluarga Indonesia pada saat menyambut hari besar walupun cemilan rumahan dapat dibeli secara kalengan di toko. Menurut saya hal sederhana seperti ini justru akan menumbuhkan kekompakan di tengah keluarga dan tradisi yang dimiliki lebih melekat pada anak cucu.
Komentar
Posting Komentar