Snorkeling in Pulau Abang

 Ini adalah pengalaman snorkeling pertamaku. Perjalanan yang gila. Cewek gila mana yang mau menempuh perjalan 87 KM yang diselimuti oleh hujan deras? Aku dan kawankulah gadis gila itu. Aku pun bertanya -tanya, apakah gerangan yang membuat kami tidak menyerah dan tetap melanjutkan perjalanan ini? 

Apakah karena kita sudah terlanjur bayat? 

Apakah karena ini snorkeling pertamaku, apapun yang terjadi kita tidak akan berhenti? 

Apakah karena Zika yakin semuanya baik baik saja meskipun hujan? 

Apakah karena pihak galang bahari pun mengiyakan perjalanan snorkeling meskioun hujan? Sehingga hujan seperti ini bukan penghalang? 

Apakah ini wujud pelampiasan karena telah sibuk bekerja sehingga apapun yang terjadi kita lanjut untuk mencari kebahagiaan ? 

Beragam pertanyaan menghujani pikiranku. 

Benar saja, akhirnya kami sampai di pelabuhan Restoran Ibu Gek Moi untuk menuju Pulau Abang yang ada di Kepri. 

Kami berkenalan dengan Pak Ismail sebagai penanggungjawab perjalanan snorkeling kami. 

Dengan mantap dan yakin beliau berkata, kita tetap jadi berangkat, Aman tidak apa apa apa. 


Pak Ismail sebagai juru kendali pompong santai ketika kapal kecil ini bertahan di ombak besar. Ombaksebesar gunung yang lebih besar ukurannya dari pompong itu sendiri. 

Aku ketakutan, aku merasa kalau aku hidup, melewati perjalanan ini. Hidupku bemar benar hadiah dan amanah datri Tuhan yang harus ku syukuri. 


Bagiku, ini bukanlah perjalanan snorkeling biasa, tetapi juga oerjalanan keimanan. 

Karena umur tidak ada yang tahu, bisa saja aku mati siang itu. 

Apa yang benar benar berharga dalam hidup ini ?? 

Hanya dengan mengingat dan mengetahuo kematian , seseorang benar benar hidup dan bersyukur setiap detiknya. Dan kembalibfokus melanjutkan perjalan hidup. 


Aku menyambut pulang kembali kedatangan jiwaku, yang sudah lama pergi terombang ambing, untuk pertama kali setelah liburan di bulan juni, agus, dan selrang september, aku baru dimanpukan ke masjid, aku dimampukan menangis, untuk mensyukuri hidupku, dan nikmatnya beribadah pada Allah. Beribadah di daratan, tanpa goncangan, tanpa pusing, bernafas dengan tenak ringan dan santai. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Buku The Midnight Library - By Matt Haig

Picnic: A Little Joy with a Blanket and a View

Refleksi Buku Rindu - Tere Liye