Refleksi Buku Rindu - Tere Liye

Aku sudah lama kepikiran untuk membeli buku ini, namun maju mundur karena tergoda oleh buku lainnya. Tetapi akhirnya liburan kemaren, aku memantapkan hati untuk membelinya karena bahan bacaanku mulai habis. Light Reading for holiday, I think it's fine. Ketika melihat novel rindu, aku lansung bertanya? Siapa yang rindu pada siapa? Apa yang terjadi? Kenapa covernya gambar kapal uap dan lautan biru yang luas? Perpisahan? Wuah , sepertinya kini akan jadi novel yang sedih. Aku sengaja untuk tidak melihat review dan spoiler tentang buku ini. Aku membiarkan diriku penasaran. Karena disitulan letak pengalaman membaca, berinteraksi dengan buku, berdialog dengan pikiran sediri, dan berimajinasi.

Saat membaca lembar pertama, aku terkejut, ternyata buku ini mengangkat kisah dengan setting tahun 1938 dengan tempat kejadian yang paling dominan yang menjadi latar cerita adalah kapal haji yaitu kapal uap Blitar Holland milik perusahaan Belanda. Tentu aku takjub karena dijelaskan bahwa ini adalah kapal yang di runggu-tunggu umat Islam seluruh nusantara yang waktu itu belum ada NKRI, kapal yang perjalanan pulang-pergi antara Nusantara dan Jeddah sekitar 9 bulan. Jika kita bandingkan dengan, kehidupan zama sekarang, perjalanan haji bisa dipangkas menjadi lebih kurang 1,5 bulan. Penyusutan waktu yang luar biasa karena perkembangan teknologi transportasi.

Pada buku ini, kita akan dikenalkan dengan beberapa karakter utama seperti Gurutta, Daeng Andipati, Ambo Uleng dan Bonda Ope. Menariknya ada karakter sekunder yang menjadi poros cerita, yang menggerakkan cerita dari awal sampai akhir, yaitu karakter Ana dan Elsa (Anak perempuan Daeng Adipati nan cantik dan pandai).

Setiap karakter utama punya pertanyaan mereka masing-masing yang telah lama mereka pendam sepanjang hidup mereka, dan perjalanan kapal uap Blitar holland yang membelah samudra Hindia menuju Baitullah, perjalanan suci ini akan menjawab perntanyaan karakter pada cerita,Bonda Ope dengan pertanyaan, Apakah pendosa seperti dia pantas menunaikan haji dengan masa lalu gelap yang dia miliki?Daeng Andipati dengan pertanyaa,  Bagaimana cara dia bisa memaafkan dan menghapus semua kebencian terhadap seseorang dimasa lalunya yang merupakan ayahnya sendiri? Ambo Uleng, Pelaut Bugis denga perawakan kekar , berotot dan kulit legam terbakar matahari, namun hati seputih dan secerah bulan purnama, bertanya apa itu cinta sejati?Dan pertanyaan terkahir, menjadi milik Gurutta, sang ulama dari tanah Makasaar, Bagaimana cara meraih kemerdekaan untuk bangsa?

Buku ini akan mengisahkan,bagaimana masing -masing cerita akan dijawab dengan cara yang hangat. Namun aku tak akan bisa menceritakan semuanya. Kamu harus membacanya lansung dan nanti kita ceritakan bersama. Hal yang paling menarik bagiku, yang menjad kunci cerita ini menurutku adalah kisah Ambo Uleng. Kisah cintanya benar-benar plot twist. ternyata sedari awal dialah orang yang akan dijodohkan dengan sang kekasih. Namun dia tidak mengetahui itu, namun dia tidak menyangka dia akan menjadi sosok yang akan dijodohkan itu melalui perjalanan yang mengubah dirinya menjadi leih baik melalui penuh tantangan selama di kapal Blitar Holland. Mulai dari aksi heroiknya menyelamatkan penumpang cilik, Ana di Surabaya saat kapal berlabuh, memimpin laju kapal saat mesin uap gagal bekerja dengan mengatur layar, melawan perompak Somalia di tengah lautan. Ambo Uleng adalah karakter yang perkembangannya sangat signifikan di sepanjang cerita. awalnya Ambo Uleng mengalami patah hati yang sangat mendalam, sehingga memutuskan untuk berlayar sejauh mungkin tanpa tujuan asalkan dia bisa menghapus wajah sang kekasih karena dia tak mampu menyelamatkan kekasihnya dari perjodohan yang diatur oleh kakekknya. Ambo uleng patah hati, karena cintanya bersambut dengan sang gadis namun tak direstui dan dia tak bisa berbuat apa-apa meskipun di masa lalu dia pernah menyelematkan gadis itu saat kapal tenggelam dihempas gelombang. Budi baik dia tidak mampu meluluhkan hati orang tua gadis untuk merestui hubunga mereka.

Sampai akhirnya Gurutta, membantu dia memberi jawaban melalui dialog-dialog dan interaksi yang mereka lakukan selama perjalanan, pesan Gurutta bahwa cinta sejati bisa jadi adalah melepaskan, lalu siap menyambut cinta berikutnya, dengan terus berbuat kebaikan, memperbaiki diri. Ambo Uleng dengan segala kebaikan dan kejernihan hatinya yang dididik oleh Gurutta selama perjalanan menjadikan  dia murid berharga yang dimiliki Gurutta. Dan Ternyata Gurutta ini jugalah, sahabat dari kakek sang pujaan hati yang telah berjanji utnuk menjodohkan cucu perempuannya dengan murid terbaik sang ulama. Ini yangmembuat aku terkesima, bawah ternyata cinta sejati ambo uleng dari awal adalah dengan gadis itu. Mereka adalah orang yang sama disatukan di waktu yang tepat menurut Tuhan, yaitu setelah Ambo Uleng melewati perjalanan yang mendewasakan pikiran dan menjernihkan batinnya.

Aku menikmati saat membaca novel ini, aku harap teman-teman juga akan menyukainya kelak.


Salam Literasi,


Mugni

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Buku The Midnight Library - By Matt Haig

Picnic: A Little Joy with a Blanket and a View