Langsung ke konten utama

Pulau Inspirasi #17

 Selamat datang kembali di catatan perjalanan Mugni. Kali ini, aku ingin mencatat dan berbagi pengalaman pertamaku sebagai relawan di Sahabat Hinterland Batam.Ini adalah debut pertamaku berlayar "Arungi Samudra Untuk Indonesia" seperti jargon yang sering digaungkan oleh Hinterland Warrior, sebutan untuk relawan komunitas ini. Dua tahun lalu aku juga mendaftarkan diri untuk menjadi relawan, tetapi tidak sempat berlayar karena clash dengan jadwal kegiatan di sekolah waktu itu. Aku ingat betul sekolahku mengadakan acara Coffee Morning bersama Orang Tua dan Guru. Setelah mencoba lagi tahun ini, Alhamdulillah dikasih kesempatan sama Allah di tahun 2025, di bulan baik ini Bulan Zulhijjah.

Sebelum berlayar di hari H, 31 Mei 2025. Kami para relawan melakukan briefing sebanyak tiga kali. Pertemuan pertama, untuk perkenalan relawan dan pengenalan komunitas Sahabat Hinterland serta penjelasan mengenai program Pulau Inspirasi. Hal ini bagus banget, buat ngasih gambaran pada relawan baru untuk mengenal lebih dekat visi misi kegiatan ini. Aku terpukau melihat persiapan tim panitia, yang "well prepared". Aku yakin banyak orang hebat di balik terselenggaranya kegiatan ini, koneksi dan kolaborasi yang hebat. Kenapa aku berani bilang begitu? Karena acara pembukaan program ini di ruang auditorium Politeknik Negeri Batam. Aku yang sudah lama tidak merasakan suasa kampus dan merasa istimewa terhadap momen ini.

Briefing hari pertama berjalan dengan baik dan penuh keakraban, aku bisa merasakan kehangatan dan keramah tamahan kakak panitia dan relawan lain. Tak ada wajah cemberut yang kita temui disini. Karena kita yang duduk disana di acara pembekalan pertama ini datang dengan niat baik, berbagi dan tentu saja untuk "bersenang-senang" dengan menambah teman baru.

Kami pulang sekitar jam 6 waktu itu, untungnya esok hari Senin ada tanggal merah libur nasional. Sehingga tak jadi masalah bagiku dan Mulia (sahabatku) untuk pulang agak telat. Kami pulang dengan hati yang penuh dan hangat, sebelum pulang kami shalat dulu di mushala di Politeknik dan lanjut makan malam di festival jajanan malam yang ada di pelataran Pollux Mall, Batam Centre yang jaraknya sedekat itu, cukup dengan berjalan kaki dan menyeberang ke depan jalan utama.

Ini adalah pertemuan pertamaku dengan Mulia sejak sebelum Ramadan. Aku berbagia mendengar kabar dan cerita Mulia yang penuh semangat dan hikmah dari perjalanan Umrohnya selama bulan Ramadan yang kalau dihitung sekitar 20 hari. Benar-benar pengalaman Umroh Mandiri  yang sangat berkesan. Sekali lagi, Aku akan ceritakan hal ini lebih detail lain kali yah!

Lanjut ke pertemuan relawan Pulau inspirasi ke dua, di Institutu Teknologi Pariwisata Batam, lokasi di Tiban kalau aku tidak salah,karena aku masih belum familiar dengan wilayah Batam. Perjalanan yang lumayan sekitar 30 menit, kalau kita tempuh dari Bengkong. Ini hanya perkiraanku saja. Aku selalu berterimakasih sama Mulia, dengan motornya telah membawa kami sejauh ini. Briefing kedua, kami menyimak penjelasan materi Pendidikan Seksual dan Digital Literasi dari narasumber yang berasal dari BKKBN Batam dan Founder Sahabat Hinterland , Coach Ade. Acara pembekalannya berjalan dengan lancar. Namun, pagi itu kita telat membersamai, karena kita sarapan dulu di Tiban. Bayangkan acaranya hari Minggu jam 8 Pagi. Tentu saja ini menantang, karena Minggu biasanya hari buat bersantai setelah penat bekerja selama Weekday. Untungnya, kakak panitia bisa mentolerir keterlambatan kami. Sungguh dalam hati kami merasa tidak enak.


Next, Briefing ketiga, di gedung PMI yang ada di Batam Centre. Ini adalah Briefing terakhir, dengan membahas technical meeting dan diskusi grup mengenai hal yang akan disampaikan di hari H nanti. Bangga banget dengan tim panitia yang udah menyiapkan poster Pendidikan Seksual dan Literasi Digital, sehingga tertolong banget bagi para Inspirator untuk menyampaikan meterinya nanti. Oh ya, di kegiatan Pulau Inspirasi #17 ini, aku memilih peran sebagai fasilitator atau Content Creator. Aku suka dengan peranku! Aku juga dengan senang hati mem back up tim ku teman-teman inspirator saat mengajar di kelas. Hal yang aku ambil hikmah disini adalah, saling back up, saling mengisi, dengan tujuan penyampaian materi dan manajemen kelasnya bagus saat  presentasi di depan adik-adik SD 001 Pulau Buluh, Kota Batam.

Hari berlayar pun, tiba! Ini pertama kalinya aku naik pompong, kapal kecil sebagai transportasi utama untuk menghubungkan pulau-pulau kecil di sekitar Batam. Aku yang suka, dan senang ketika pompong melaju di atas air. Kalau diingat lagi ini bukan pengalaman pertamaku naik kapal. Aku pernah naik sampan sebelumnya ketiak di danau Maninjau, Aku juga pernah naik kapan ketika menyeberan dari bakauheni ke tanjung priok, aku juga pernah naik kapal ferry sekalian dinner di sungai Mekong.  Aku tetap excited, seperti ini adalah pengalaman pertama bagiku! Kalau direfleksikan lagi kenapa aku excited, karena ini terjadi dengan setting (tempat dan waktu) yang berbeda, karena itu aku bersemangat.


Padahal sebelumnya, aku sempat overthinking, bagaimana kalau pompongnya tenggelam. Karena aku pernah berimajinasi meninggal karena tenggelam, karena kebanyakan nonton dan baca cerita non fiksi. Aku memikirkan hal yang dramatis. Syukur alhamdulillah, hal buruh itu tidak terjadi, Perjalananku pulang dan pergi berjalan dengan lancar.

Anak-anak menyambut kami dengan hangat di sekolah. Pas sekali, tim aku mengajar siswa kelas 4, aku di sekolah tempat ku bekerja juga mengajar siswa kelas 4. 

Aku lelah untuk mengetikkan detailnya, sepertinya akan aku lanjutkan lain kali.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Buku The Midnight Library - By Matt Haig

Buku yang aku beli bulan Mei lalu, akhirnya selesai kubaca di akhir Juni ini. Aku memutuskan membeli buku ini setelah melihat beberapa review di sosial media, bahkan ada selebriti muda perempuan Indonesia yang juga sekaligus awardee LPDP mengulas buku ini dan merekomendasikannya untuk dibaca. Selain alasan ini, aku masih punya alasan lain kenapa membeli buku ini yaitu karena tokoh cerita Nora Seed mengalami depresi dan melakukan bunuh diri. DEPRESI, aku kira pada usia 30 an kita sudah menjadi lebih stabil secara emosional, namun tetap saja banyak orang yang masih mengalami krisis kehidupan di usia ini. Aku merasa mengerti dengan apa yang dialami oleh Nora. Melihat bagaimana Nora, berpetualangan di buku yang berbeda di perpustakaan tengah malam saat kondisi kritisnya, aku menyadari sesuatu bahwa sepertinya kita tak akan pernah benar-benar stabil dalam setiap fase kehidupan, karena dari sunnatullah kehidupan, hukum alam adalah terus bergerak dan dinamis. Sebagai contoh, ketika ada gempa,...

Jika Saatnya Tiba

Jika saat nya tiba, ku harus pergi tinggalkaan dunia ini. Maka ku ingin ada hal yang bisa ku tinggalkan kelak, menjadi amal yang terus mengalir bagiku. Yang terdiri dari 3 perkara : 1. Sedekah jariyah. 2. Ilmu yang bermanfaat. 3. Doa dari anak yang shaleh. Teruntuk kedua orang tua ku yang sangat kusayangi, dua orang malaikan yang di kirim tuhan yang dapat kulihat, mungkin ku tak bisa janjikan harta yang berlimpah, tapi insya Allah ku akan pastikan kirim doa terbaik ku slalu untuk ayah dan ibu. Aku bersyukur sekali telah dipertemukan teman teman hebat yang sekarang bergabung di volunteer bimbel gratis aladdin. Aku yang tengah merekapdata data volunteer merasakan kepdualian mereka terhadap pendidikan negri ini utk masa depan,semangat untuk berbagi, sangat untuk belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Alhamdulilah, semoga kita dipersatukan dalam ukhuwah utk terus bisa berbuat baik, dan semakin baik. Aku ingin jadikan bimbel aladdin ini salah satu ladang amal yg mengalir...

Ringkasan Buku Educated

Aku setuju bahwa memoar yang ditulis Tara benar-benar kisah yang menginspirasi, menyentuh hati dan bagaimana bukti kekuatan pendidikan mengubah kehidupan. Harga yang dibayar Tara untuk sebuah perubahan besar dalam hidupnya adalah kehilangan keluarganya (Ayah, Ibu dan empat saudaranya). Sebuah jurang pemisah telah muncul diantara mereka dan tumbuh melebar seiring bertambahnya pengetahuan Tara dan tiga saudara lainnya yang juga memutuskan untuk memperoleh pendidikan formal sampai jenjang paling tinggi dengan gelar doktor. Ayah dan Ibu Tara, benar-benar tidak bisa menerima perubahan Tara, mereka tidak mau bertemu dengan Tara, menganggap Tara adalah anak yang kerasukan seta. Mereka benar-benar fanatik terhadap kepercayaan mereka yang aku pun tidak bisa percaya dengan pola pikir mereka. Tara menghadapi masa masa sulit sejak masa kanak-kanaknya. Hidup, tumbuh besar di ladang barang rongsokan, membantu ayahnya mengoperasikan alat berat, dan pekerjaan berat lainnya yang hampir membuat dia kehi...