Langsung ke konten utama

Singapore Trip



Setelah perjalanan dengan ferry sekitar 45 menit, kami berlabuh di Harbourfront dengan selamat.  Singapore sedikit berawan, namun tetap cerah dan cantik. Sebelum berlabuh di harbourfront kita bisa melihat pulau Sentosa nan hijau, ala-ala tropical island.

Kita turun dari kapal, masuk ke gate arrival, melewati imigrasi dan akhirnya kita officially mendarat di kota ini. Berhubung jarak Harbour front dekat dengan Universal Studio. Kita memutuskan untuk berkunjung ke Universal Studio karena jaraknya yang cukup dekat dengan MRT station Habourfront; dan tentu saja berfoto di depan iconic landmark of universal studio. Kita tidak begitu familiar dengan MRT station harbourfront. Oleh karena itu, aku ingin mengingatnya agar tidak lupa. MRT station harbourfront berada di lantai 3 Vivo City Mall. 

Kemudian setelah berfoto di depan universal studio, kami memutuskan untuk lansung ke penginapan agar kita tak perlu repot meggeret koper kesana kemari. Keluar dari Vivo City, kami lansung berjalan mencari bus station terdekat. Kami tidak tahu, sehingga kami berjalan, terus berjalan dan bertanya. Sampai kami menemukan bus station. Berdasarkan aplikasi citymapper Singapore, kami diarahkanuntuk mengambil bus nomor 100. Nah, kalo diliat dari google map, kita disarankan ambil bus no.10. Hal yang aku pelajari, lebih baik percaya pada aplikasi city mapper dari pada google map. Karena bus nomor 10 justru membawa kami ke pinggiran kota, semakin jauh dari pusat kota, kami berada di pemberhentian bus terakhir.Clementi road. Untung saja, officer di bus station,baik dan memberikan arah kepada kami untuk mengambil bus no 133 menuju Aljunied. Beberapa hal yang jadi tanda tanya bagi kami, mengapa para driver bus di sini kebanyakan kalo di tanya tentang arah dan suatu tempat, mereka menjawab "I don't know". Kenapa mereka tidak tahu wilayah mereka sendiri? Tapi, setelah dipikir pikir lagi, yah, mungkin  setiap driver bus punya rute mereka sendiri, atau mereka tidak tahu menjelaskan arah secara detail pada orang asing dengan bahasa Inggris, sehingga akan buang-buang energy. Tapi, ini Singapore loh?? masih Asia tenggara dan bahasa Indonesia dan bahasa melayu bukankah masih hal yang wajar dan tidak terlalu asing. Aku protes di delam hati. Jadi, untuk cari aman, teman-teman sebaiknya, berlatih membca peta, membaca aplikasi transportasi ketika berpergian di kota seperti Singapore. Oh ya, transportasi di singapore ini mirip dengan transportasi di Melbourne, Australia.

Kedua negara ini, sama-sama menggunakan kartu prabayar e-money "ezlink" untuk berbagai mode transportasi seperti bus, dan train. Akhirnya sore hari, sekitar pukul 4 kami berhasil check in di hotel yang telah kami pesan melalui booking.com. Hotel kami berada di daerah Kallang, di lor.10. The power of asking. Kami berhenti sesuai petunjuk aplikasi, namun kami diminta berjalan untuk menemukan hotel, tapi kami tidak yakin harus berjalan ke arah mana. Kembali kami bertanya pada orang yang ada di jalan. Beruntungnya kami, ada ibu-ibu baik hati yang memberikan petunjuk, bahwa tempat pemberhentian bus kita sekarang adalah lor 4, kita tinggal berjalan ke depan untuk menemukan lor.10. Nah, lor itu artinya gang kalo dalam Bahasa Indonesia ya teman-teman. Bersyukur kami sampai dengan selamat. Masuk ke dalam hotel menuju meja receptionist, tetapi tidak ada siapa-siapa kecuali seorang tamu , lelaki india yang duduk di lobby. Kami pun kembali bertanya, "dimanakah receptionist?", dia berkata lebih kurang seperti ini bahwa resepsionisnya barusan pergi ke ruangan staff dan kami disarankan untuk menunggu sebentar.  Akhirnya kami melihat receptionist hotel datang, seorang gadis muda berkulit putih berparas Tiongkok. Kami mendapatkan kunci kamar, dan naik lift menuju lantai 2 karena kamar kami ada di atas. 


Kami hendak mendokumnetasikan pengalaman ke hotel ini, namun saat kami membuka pintu. Pintunya justru bermasalah dan kami gagal untuk membuat footage video aesthetic. Aku memberanikan diri, kembali turun ke bwah,bertanya dan meminta bantuan receptionist. Akhirnya, seorang laki-laki sepertinya teknisi kunci kamar datang dan memperbaiki pintu kami. Setelah diperbaiki selang waktu 15 menit, kami membersihkan diri, shalat ashar dan melanjutkan perjalanan ke destinasi berikutnya.


Sore ini kami, berniat unutk mengunjungi Marrina Bay, disana ada banyak hal yang bisa kita kunjungi seperti Marrina Barrage, Garden by the bay, dan light tree. Aku sebenarnya, kurang tahu. Intinya kita ke tempat populer yang wajib dikunjungi tourist kalo berada di Singapore.Kita melihat light show, lunar new year festival dengan big dragon lentern dan pertunjukan seni lainnya. Tentu saja orang ramai.  Malam yang penuh cahaya lampu, dengan ornamen kuning merah khas imlek. Akhirnya kami meutuskan untuk pulang karena sudah menunjukkan pukul 9 karena besok, kami masih harus melanjutkan perjalanan dan fakta yang harus kami hadapi bahwa besok adalah hari terakhir kita di Singapore. Berhubung trip yang kami lakukan ini hanya 2 hari. Jadi, kami harus benar-benar memanfaatkan waktu semaksimal mungkin.  Kami keluar dari area taman, kami menuju bangunnan yang terdiri dari 3 gedung  yang berderet dan terlihat menyanggga sebuah kapal di bagian atasnya. Kami masuk kedalam gedung itu , berjalan di tengah hujan di malam hari, sekaligus untuk berteduh. Keadaan di dalam gedung sangatlah ramai, terlihat seperti pusat perbelanjaan.  Ketika masuk kedalam dan mengambil eskalator untuk ke lantai bawah, kami bisa melihat betapa tingginya posisi kami dari lantai dasar. Di bawah, kami bisa melihat interior desain gedung yang indah dan mewah, kami bisa melihat ada replika sungai kecil dan kapal, seperti venice, Italia. Di tengah gedung yang luas ini, dibagian tengahnya menjuntai ke bawah  dekorasi dragon berwarna biru. Aku bisa menebak kalo ini adalah Mol seperti umumnya, namun lebih besar, lebih tinggi, lebih mewah. Oh! Inilah yang kita sebut dengan Marina Bay Sands. Gedung ikonik Singapura dimana kita bisa menikmati pemandangan Singapura dari ketinggian, mencoba pengalaman belanja, ups maksudku cuci mata di mall mewah yang ada di bawah gedung. Kami tidak berniat untuk berbelanja di Singapura untuk perjalanan ini.

Kami keluar dari gedung, dan mencari bus station lagi. Kami lebih banyak menggunakan bus daripada MRT. Kami bertekad untuk menggunakan bus, agar menghemat biaya. Benar! MRT lebih cepat namun bus punya pesona lain seperti bisa mengamati kota lebih dekat dan kita bisa act like singaporean.Malam itu, hujan deras kami menunggu dengan sabar di bus station, hampir 1 jam. Akhirnya nomor bus yang kita tunggu datang, eh ternyata sopirnya tak berhenti dan lewat begitu saja karena penuh. Kami menunggu lagi dengan sabar dan penuh harap dan aku merasa bahwa aku punya kesabaran yang baik. Sambil berdoa, akhirnya bus yang kami tunggu datang benar-benar datang dan siap membawa kami.  Kami naik beriringan dengan pasangan bule, mereka naik bus tanpa menggunakan app cukup dengan membaca rute bus yang ada di papan informasi yang ada di halte buss. Wah salut dengan sikap mereka! sedangkan kita begitu dependent pada apps. Mereka terlihat lebih santai, yakin dan confident, entah mengapa kami yakin kalo mereka juga tourist. Mungkin dari cara berpakaian mereka malam itu dan gelagat mereka yang yang secara berkala mencek pemberhentian bus selanjutnya. Kami turun di bus station yang sama. namun setelah itu, kami tetap melanjutkan perjalanan, menunggu bus berikutnya untuk sampai di penginapan.

Kami bersyukur akhirnya sampai di pemberhentian terekahir, kami harus berjalan sedikit lagi untuk menemukan lor.10 tempat hotel kami. Kami berjalan di tengah malam dengan perut keroncongan. Syukurnya, restoran India di depan hotel kami masih buka dan ramai pengunjung. Sepertinya pengunjung malam itu juga para turis seperti kami yang kelaparan setelah melihat festival malam ini. Kami bertekad. Setelah menaroh barang di kamar hotel dan membersihkan diri, kami kembali keluar. Kami memesan 2 porsi nasi goreng dan rasanya enak. lezat, asin dan gurihnya pas, entah karena kami lapar atau memang seenak itu. Kamu tahukan! video orang india yang masak gimana? Mereka menggunakan tangan mereka lansung untuk memasak dan mengaduk nasi goreng dengan tangan mereka. Namun saat itu, aku lupa ingatan, dan aku makan dengan lahap. barangkali itu terjadi hanya di makanan pinggiran jalan India, namun disini, bukan jajajnan pinggiran tapi semecam restoran kecil di pinggir jalan. Aku berprasangka baik terhadap tingkat kehiegenisan  makanannku malam itu.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Buku The Midnight Library - By Matt Haig

Buku yang aku beli bulan Mei lalu, akhirnya selesai kubaca di akhir Juni ini. Aku memutuskan membeli buku ini setelah melihat beberapa review di sosial media, bahkan ada selebriti muda perempuan Indonesia yang juga sekaligus awardee LPDP mengulas buku ini dan merekomendasikannya untuk dibaca. Selain alasan ini, aku masih punya alasan lain kenapa membeli buku ini yaitu karena tokoh cerita Nora Seed mengalami depresi dan melakukan bunuh diri. DEPRESI, aku kira pada usia 30 an kita sudah menjadi lebih stabil secara emosional, namun tetap saja banyak orang yang masih mengalami krisis kehidupan di usia ini. Aku merasa mengerti dengan apa yang dialami oleh Nora. Melihat bagaimana Nora, berpetualangan di buku yang berbeda di perpustakaan tengah malam saat kondisi kritisnya, aku menyadari sesuatu bahwa sepertinya kita tak akan pernah benar-benar stabil dalam setiap fase kehidupan, karena dari sunnatullah kehidupan, hukum alam adalah terus bergerak dan dinamis. Sebagai contoh, ketika ada gempa,...

Jika Saatnya Tiba

Jika saat nya tiba, ku harus pergi tinggalkaan dunia ini. Maka ku ingin ada hal yang bisa ku tinggalkan kelak, menjadi amal yang terus mengalir bagiku. Yang terdiri dari 3 perkara : 1. Sedekah jariyah. 2. Ilmu yang bermanfaat. 3. Doa dari anak yang shaleh. Teruntuk kedua orang tua ku yang sangat kusayangi, dua orang malaikan yang di kirim tuhan yang dapat kulihat, mungkin ku tak bisa janjikan harta yang berlimpah, tapi insya Allah ku akan pastikan kirim doa terbaik ku slalu untuk ayah dan ibu. Aku bersyukur sekali telah dipertemukan teman teman hebat yang sekarang bergabung di volunteer bimbel gratis aladdin. Aku yang tengah merekapdata data volunteer merasakan kepdualian mereka terhadap pendidikan negri ini utk masa depan,semangat untuk berbagi, sangat untuk belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Alhamdulilah, semoga kita dipersatukan dalam ukhuwah utk terus bisa berbuat baik, dan semakin baik. Aku ingin jadikan bimbel aladdin ini salah satu ladang amal yg mengalir...

Ringkasan Buku Educated

Aku setuju bahwa memoar yang ditulis Tara benar-benar kisah yang menginspirasi, menyentuh hati dan bagaimana bukti kekuatan pendidikan mengubah kehidupan. Harga yang dibayar Tara untuk sebuah perubahan besar dalam hidupnya adalah kehilangan keluarganya (Ayah, Ibu dan empat saudaranya). Sebuah jurang pemisah telah muncul diantara mereka dan tumbuh melebar seiring bertambahnya pengetahuan Tara dan tiga saudara lainnya yang juga memutuskan untuk memperoleh pendidikan formal sampai jenjang paling tinggi dengan gelar doktor. Ayah dan Ibu Tara, benar-benar tidak bisa menerima perubahan Tara, mereka tidak mau bertemu dengan Tara, menganggap Tara adalah anak yang kerasukan seta. Mereka benar-benar fanatik terhadap kepercayaan mereka yang aku pun tidak bisa percaya dengan pola pikir mereka. Tara menghadapi masa masa sulit sejak masa kanak-kanaknya. Hidup, tumbuh besar di ladang barang rongsokan, membantu ayahnya mengoperasikan alat berat, dan pekerjaan berat lainnya yang hampir membuat dia kehi...