Mendapat kabar keadaan Rudi, aku mengerti dan kemudian kita sepakat untuk melakukan penggalangan dana untuk membantu beban keluarga Rudi membayar biaya perawatan Rumah Sakit. Apakah gerangan penyakit yang dialami Rudi masih belum diketahui, dokter pun tidak tahu. Segera aku chatt semua teman-teman SD dan SMP, awalnya aku menghubungi mereka satu per satu, baru kemudian aku post berita ini di group alumni SD dan SMP. Mengapa group SD dan SMP? karena aku, Rudi, dan Winda belajar di sekolah yang sama dulunya.
Beberapa hari kemudian, kita berhasil menggalang dana untuk perawatan Rudi dan teman-teman yang ada di Padang dan Bukittinggi berencana untuk membesuk Rudi sehabis lebaran haji nanti. Namun, 4 hari kemudian, tanggal 28 Juli 2020 pukul satu siang, kembali kita dapatkan berita terbaru melalui Tika, saudara sepupu Rudi bahwa Rudi telah pergi, dipanggil oleh Tuhannya.
Kami semua menangis, sedih dan kehilangan. Melihat bagaimana perhatian teman-teman terhadap kondisi Rudi semakin menunjukkan bahwa semasa hidupnya dia telah berhasil bergaul dengan baik, menjadi kawan yang baik. Aku pernah membaca bahwa ketika kita membicarakan orang yang telah meninggal, kita dianjurkan untuk mengingat kebaikannya.
Maka, ijinkan aku untuk menceritakan kebaikannya. Suatu hari, aku punya project memberikan bimbingan belajar gratis untuk anak-anak tidak mampu di kota Padang. Untuk mewujudkan kegiatan ini,tentu saja kita butuh volunteer. Rudi adalah kawan lama yang mendaftar untuk menjadi volunteer pada kegiatan yang aku rencanakan ini. Kita yang sudah lama tidak berkomunikasi sejak lulus SMP, lalu Rudi dengan account Herawaldi mengirim message lewat Instagram bahwa dia tertarik untuk menjadi salah satu relawan. Saking sudah lamanya kita tidak berkomunikasi, aku bahkan tidak mengenalinya. Sampai-sampai aku berbicara formal dan menggunakan kata sapaan abang. Aku lansung tertawa ketika dia bilang kalau dia Rudi si Ucil kawan SD dulu. Aku benar-benar malu untuk sesaat karena, tidak kenal kawan sendiri.
Aku paham betul, bahwa menjadi relawan bukanlah pekerjaan gampang, ini adalah pekerjaan yang merupakan pemenuhan panggilan hati. Aku juga paham beberapa orang melakukan kegiatan sukarelawan karena ingin mengisi waktu luang sambil mencari pekerjaan, karena kita sama-sama fresh graduated. Kita adalah anak muda yang mana baru lulus dari kegiatan perkuliahan yang diajalani selama 4 tahun. Tentu saja kita butuh kegiatan, karena kita tidak bisa diam, karena kita telah biasa sibuk.
Rudi pun, mengajak 3 orang teman lainnya dari Universitas Andalas dan mereka dari jurusan Teknik Mesin juga. Mereka adalah Gilang dan Angga, aku senang sekali, karena mereka datang jauh-jauh dari Limau Manis ke Air Tawar untuk membantu mengajar adik-adik yang tidak mampu setiap sore. Kegiatan ini, membuat kita tidak hanya mengajar anak-anak tidak mampu tapi kita juga berbicara dan berdiskusi banyak hal mengenai program kerja ke depannya, dan mengevaluasi kegiatan yang telah kita lakukan ini.
Kegiatan bimbingan belajar ini, adalah kegiatan yang singkat karena tak lama setelah itu aku harus pergi ke Bandung untuk mengikuti Pengayaan Bahasa Inggris di Bandung yang di sponsori oleh LPDP. Walaupun singkat aku bisa melihat ketulusan Rudi dan teman-temanku yang lainnya saat mengajar di kegiatan ini.
Aku merasa mengajar anak-anak panti asuhan, mereka yang kurang mampu berbagi cerita dan makanan dengan mereka adalah sebuah panggilan hati yang tak bisa kujelaskan. Saat aku kembali pulang dari Bandung ke Bukittinggi Pada Hari Raya Idul Fitri 2018, dengan waktu yang tersisa kita menyempatkan untuk mengadakan kegiatan buka bersama SD pertama setelah terakhir kita lulus di tahun 2006. Sebelum kawan yang lain mengusulkan kegiatan buka bersama di sebuah Rumah Makan atau cafe, aku lansung mengusulkan bagaimana kalau kagiatan buka bersama kita dilakukan di panti asuhan. Aku senang sekali, teman-teman semua menyetujui rencana ini. Mengapa aku memilih untuk berbuka bersama dengan anak-anak panti Asuhan? Karena hal ini ku rasa lebih memorable dibandingkan buka puasa di restoran, cafe, maupun Rumah Makan. Aku yakin kawan-kawan SD yang lain juga merasakan hal yang sama. Saat melakukan kegiatan buka bersama di panti asuhan, aku bisa merasakan kita berdiskusi bersama di group, bekerja sama mempersiapkan makanan, berombongan pergi ke panti asuhan, makan bersama dan berdoa bersama dengan anak-anak panti asuhan. Semua ini barangkali ku lakukan karena aku paham bagaimana rasanya mempunyai keluarga yang tidak sempurna. Karena Rumah tidak lagi Rumah jika ibu tidak ada. Rumah, seperti tempat singgah saat liburan bagiku. Aku orang yang tidak ingin makan sendiri dan lebih suka makan bersama-sama.
Rudi termasuk orang dibalik layar yang banyak mensupport kegiatan ini begitu juga dengan teman-teman baik hati lainnya yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu. Melihat teman-teman SD ku yang sekarang, aku yakin kalian luar biasa dan aku semakin sadar bahwa kita telah dewasa dan bukan anak kecil dengan seragam merah putih lagi.Lain waktu, ayo kita rencanakan lagi kegiatan-kegiatan bermakna yang melibatkan kita semua yang nantinya menjadi sebuah kenangan baik untuk di ingat ketika salah satu diantara kita pergi satu per satu.
Kereeen mugni,menyentuh sekali
BalasHapus