Langsung ke konten utama

Slow Education Movement?



Are you ready to join the Slow Education movement?

I would say yes to Shelley Wright about her Idea. Slow means do things in education well and at its right speed. Shelley argues that we should find out how real learning looks like and the importance to learn slowly, freely and thoroughly for kids. Shelley observes many stakeholders in education are so anxious about children nowadays, but they create an impatient system. A system that make students learn instantly, then expect them to achieve a good result printed in a piece of report paper. I agree with Shelly that education should not be like this situation and Shelley argues that education needs to be authentic. Authentic learning is meaningful learning and connect students with their community. Hence, students get an authentic goal and a role in society rather than consume-in-training by completing the worksheets and standardised tests. Shelley challenges the summative learning in education system today and promote personalized and formative learning in slow education.

 

 I think Shelly thoughts about education is not a new idea and not much the implementation of the authentic learning in school even though I found many literatures support this learning idea. However, her bravery to sound this slow education movement is a positive action to challenge education system today. She proposes to the topic of abolishing marks with a senior administrator in her school division, indeed this topic is not an easy task. I can understand that this issue is not easy to solve because it involves political and economic matters in a country. I feel Shelley passion and perspective to create better education for young generation. She does not want, education to be something instant, well packed and marketed to society by ignoring the real purpose of education create society that can live to live happy, healthy and humane.

 

Summary of some key points to build a slow education movement from Shelley’s view are, first, creating education environment with quality-over-quantity. Second, educating parents and community about the risk of todays’ education model “edubusiness”. Developing curriculum that has greater depth and taking into account local culture. Fourth, growing the skills development among students and having courage to have serious discussion about abolishing standardised testing, classroom marks, grading and the use of “birth year” and primary criterion for sorting students. Then, lobbying government for funds to assure true quality in education for all children. Last but not least, encouraging teachers’ collaboration and supporting students to connect with global community.

 

I talk to myself after reading Shelley view about education that if I believe that this is right and education system should be changed, I should fight for it!


Source:

https://plpnetwork.com/2014/08/26/time-fight-slow-education/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Refleksi Buku The Midnight Library - By Matt Haig

Buku yang aku beli bulan Mei lalu, akhirnya selesai kubaca di akhir Juni ini. Aku memutuskan membeli buku ini setelah melihat beberapa review di sosial media, bahkan ada selebriti muda perempuan Indonesia yang juga sekaligus awardee LPDP mengulas buku ini dan merekomendasikannya untuk dibaca. Selain alasan ini, aku masih punya alasan lain kenapa membeli buku ini yaitu karena tokoh cerita Nora Seed mengalami depresi dan melakukan bunuh diri. DEPRESI, aku kira pada usia 30 an kita sudah menjadi lebih stabil secara emosional, namun tetap saja banyak orang yang masih mengalami krisis kehidupan di usia ini. Aku merasa mengerti dengan apa yang dialami oleh Nora. Melihat bagaimana Nora, berpetualangan di buku yang berbeda di perpustakaan tengah malam saat kondisi kritisnya, aku menyadari sesuatu bahwa sepertinya kita tak akan pernah benar-benar stabil dalam setiap fase kehidupan, karena dari sunnatullah kehidupan, hukum alam adalah terus bergerak dan dinamis. Sebagai contoh, ketika ada gempa,...

Jika Saatnya Tiba

Jika saat nya tiba, ku harus pergi tinggalkaan dunia ini. Maka ku ingin ada hal yang bisa ku tinggalkan kelak, menjadi amal yang terus mengalir bagiku. Yang terdiri dari 3 perkara : 1. Sedekah jariyah. 2. Ilmu yang bermanfaat. 3. Doa dari anak yang shaleh. Teruntuk kedua orang tua ku yang sangat kusayangi, dua orang malaikan yang di kirim tuhan yang dapat kulihat, mungkin ku tak bisa janjikan harta yang berlimpah, tapi insya Allah ku akan pastikan kirim doa terbaik ku slalu untuk ayah dan ibu. Aku bersyukur sekali telah dipertemukan teman teman hebat yang sekarang bergabung di volunteer bimbel gratis aladdin. Aku yang tengah merekapdata data volunteer merasakan kepdualian mereka terhadap pendidikan negri ini utk masa depan,semangat untuk berbagi, sangat untuk belajar dan meningkatkan kapasitas diri. Alhamdulilah, semoga kita dipersatukan dalam ukhuwah utk terus bisa berbuat baik, dan semakin baik. Aku ingin jadikan bimbel aladdin ini salah satu ladang amal yg mengalir...

Ringkasan Buku Educated

Aku setuju bahwa memoar yang ditulis Tara benar-benar kisah yang menginspirasi, menyentuh hati dan bagaimana bukti kekuatan pendidikan mengubah kehidupan. Harga yang dibayar Tara untuk sebuah perubahan besar dalam hidupnya adalah kehilangan keluarganya (Ayah, Ibu dan empat saudaranya). Sebuah jurang pemisah telah muncul diantara mereka dan tumbuh melebar seiring bertambahnya pengetahuan Tara dan tiga saudara lainnya yang juga memutuskan untuk memperoleh pendidikan formal sampai jenjang paling tinggi dengan gelar doktor. Ayah dan Ibu Tara, benar-benar tidak bisa menerima perubahan Tara, mereka tidak mau bertemu dengan Tara, menganggap Tara adalah anak yang kerasukan seta. Mereka benar-benar fanatik terhadap kepercayaan mereka yang aku pun tidak bisa percaya dengan pola pikir mereka. Tara menghadapi masa masa sulit sejak masa kanak-kanaknya. Hidup, tumbuh besar di ladang barang rongsokan, membantu ayahnya mengoperasikan alat berat, dan pekerjaan berat lainnya yang hampir membuat dia kehi...